Text
Skripsi Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan Kejadian Penyakit Diabetes Melitus Di Rw 005 Rt 01, 02, 04 Dan 05 Desa Daon Kec. Rajeg Kab. Tangerang-Banten
Latar Belakang : Pengetahuan adalah kumpulan data yang dipahami dan dipelajari
sepanjang hidup yang dapat digunakan untuk penyesuaian diri sehari-hari.
Informasi mengenai suatu topik tertentu dapat diperoleh dari buku, media, guru,
teman, dan kenalan.
Pemahaman merupakan domain yang sangat penting untuk
mengembangkan akal dan intuisi seseorang (Patimah, 2022). Pemahaman adalah
tingkat kemampuan kognitif tertinggi, namun sangat penting karena membentuk
perilaku manusia. Bertambahnya pengetahuan yang ditujukkan oleh lansia
mampu mengatasi masalah yang dialami.
Faktor yang dapat mempengaruhi pemahaman seseorang salah satunya
adalah usia. Menurut Ratnawati (2018), usia enam puluh tahun ke atas dianggap
sebagai bagian kedua dari sejarah manusia. Menurut Hurlock (1980) dalam
Ziliwu (2023), orang tua akan mengalami malnutrisi fisik dan mental. Menurut
Jamaludin (2017), kurangnya pemahaman dapat menghambat proses
pembelajaran. Semakin rendah pola pikir seseorang, semakin sedikit
pengetahuan mereka tentang mematuhi kewajiban seperti minum obat.
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan akhirnya masa tua, semua
adalah bagian dari proses pertumbuhan dan perkembangan yang disebut lansia.
Ini adalah proses yang normal, dan setiap individu mengalami perubahan fisik
dan mental yang dapat diprediksi.
Usia tua menurut UU Nomor 13 Tahun 1998, adalah seseorang yang
telah mencapai enam puluh tahun dan dianggap usia mendekati berakhirnya
hidup. Saat ini terjadi proses yang menurunkan toleransi tubuh terhadap
rangsangan eksternal dan internal. Sedikit demi sedikit seseorang mengalami
perubahan fisik dan sosial yang berdampak pada seluruh aspek kehidupan,
2
termasuk kesehatannya. Lanjut usia lebih rentan dalam penyandang disabilitas.
(Darma, 2020; BPS, 2019)
Lansia sangat rentan terhadap banyak masalah kesehatan karena tidak
berfungsinya organ dalam tubuh. Rikesdas (2013) menyatakan dalam (Fadli, F.,
& Uly, N., 2023) bahwa penyakit yang umum terjadi di kemudian hari antara
lain hipertensi, arthritis, rheumatoid arthritis, kronis paru obstruktif, dan diabetes
melitus.
Berdasarkan survei yang dilakukan Masyarakat Gerontologi Indonesia
(PERGEMI, 2022), 24,6% lansia Indonesia menderita penyakit kronis.
Diabetes, hipertensi, stroke, asam urat, dan penyakit kronis lainnya
adalah beberapa kondisi yang menyerang sebagian besar penderita Lansia, dan
berdampak negatif pada kualitas hidup mereka. Pada kelompok lansia yang
memiliki riwayat tersebut, mayoritas (37,8%) mengalami hipertensi. Kemudian
penderita diabetes 22,9 persen, penderita rematik 11,9 persen, dan 11,4 persen
penderita penyakit jantung. Risiko lain untuk orang dewasa adalah asam
lambung 8%, asma (10,4%), penyakit paru kronis 3 persen, asam urat 5,5 persen,
penyakit ginjal 2 persen, dan kolesterol 3 persen.
Diabetes menjadi kronik apabila pankreas tidak memproduksi insulin
dalam jumlah yang cukup, (Komariah dan Rahayu, 2020) dalam (Faswita, dkk,
2023). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2020 menyatakan bahwa
kondisi jangka panjang diabetes melitus yaitu ditandai dengan kadar gula darah
yang tinggi. Penderita diabetes memiliki metabolisme protein, karbohidrat, dan
lemak yang tidak normal, yang mengakibatkan rendahnya kadar insulin pada
jaringan target.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lebih dari 364 juta orang
di seluruh dunia menderita diabetes, pada tahun 2016 diabetes telah menjadi
masalah kesehatan global. Sekitar 80% dari penyakit ini muncul di negara-
negara yang sangat miskin. Menurut WHO, 422 orang menderita diabetes.
Prevalensi diabetes global adalah 415 juta orang. Jumlah penderita diabetes akan
meningkat menjadi 642 juta perkiraan pada tahun 2040. Di seluruh dunia,
prevalensi diabetes meningkat menjadi hampir 90% berusia di atas 18 tahun.
3
Jumlah ini terus meningkat akibat perubahan sosial budaya. (Dkk. Widya Sari,
2020).
Prevalensi International Diabetes Federation (IDF), terlibat dalam
penelitian diabetes karena memiliki banyak pasien diabetes dari beberapa
negara. Pada tahun 2020 prevalensi diabetes di Indonesia meningkat menjadi
6,2%, yang berarti lebih dari 10,8 juta orang mengidap penyakit tersebut.
Diabetes akan diberantas pada tahun 2021, menurut (IDF). Indonesia
berada di persentil ke-81 dan kelima dari total 537 juta penduduk. Prevalensi
diabetes di Indonesia menunjukan bahwa ada peningkata dari 6,9% pada tahun
2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018 menurut data Risiko Kesehatan Dasar
(Riskesdas, 2018). Angka kejadian diabetes meningkat secara signifikan pada
64 tahun pertama kehidupan, namun kemudian mulai menurun lagi setelahnya.
Dibandingkan dengan laki-laki (4,9%), prevalensi lebih tinggi pada perempuan
(6,4%). (Waidiyanto, Julio, dan Rahayu, 2019).
Menurut Survei Kesehatan Dasar (Riskesdas), angka diabetes tipe 2 di
Indonesia meningkat pada tahun 2018 menjadi 10,9 persen, dan diperkirakan
akan tetap bertambah. Kendala utama terjadi pada tingkat pengetahuan penyakit
diabetes.
Prevalensi diabetes melitus pada perempuan dan laki-laki di Indonesia
semakin meningkat. Kelompok 65-74 tahun mengalami peningkatan 6,0%, dan
kelompok 55-64 tahun mengalami peningkatan 6,3%. dan kelompok umur >75
tahun sebesar 3,3% (Kemenkes RI, 2020).
Prevalensi diabetes di wilayah Barat meningkat dari 1,3% menjadi 1,7%
(Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Menurut data terakhir Dinas Kesehatan Provinsi Banten, terdapat 70.000
penderita diabetes akan mengalami masalah terkait diabetes pada tahun 2020.
Diabetes merupakan salah satu dari 20 penyakit kronis teratas di Kota Tangerang
(Irawati dan Firmansyah, 2020). dikutip oleh (Sherani, 2023).
Menurut Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banten Tangerang,
jumlah penderita diabetes kira-kira dua kali lebih banyak dibandingkan jumlah
penduduk di provinsi tersebut (3,47 juta). Menurut Direktur Dinas Kesehatan
4
(P2P) Kabupaten Tangerang Hendra Tarmizi (2019), terdapat sekitar 69.500
penderita diabetes di 29 kecamatan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Kader Kesehatan Daerah Desa
Daon pada Sabtu, 23 Maret 2024, jumlah penderita diabetes melitus di satu desa
kurang lebih 156 orang. Data diperoleh dari cek kadar gula darah.
Menurut hasil penelitian Magdalena dan Arifin tentang tangkat
pengetahuan orang tua tentang diabetes melitus tipe II di rt 001 rw 004 Pulau
Pramuka dibandingkan dengan hasil penelitian tangkat pengetahuan orang tua
tentang diabetes militer tipe II. Peneliti yang melakukan penyuluhan kesehatan
di Pulau Lansia menemukan bahwa orang lebih memahami negara kepulauan
tersebut. Sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan penduduk lansia memiliki
tingkat pengetahuan rendah hanya 48%, dan setelah mendapatkan pendidikan
kesehatan memiliki 64% tingkat pengetahuan tinggi. Lubis dan Arifin pada
tahun 2021.
Terdapat hubungan antara pengetahuan dan control Diabetes, menurut
penelitian Gulo, Ardayani, dan Sitorus, dengan judul ""Hubungan Pengetahuan
dan Karakteristik Lansia Dengan Kepatuhan Kontrol Diabetes Mellitus Tipe II
Di Puskesmas Moch. Ramdan Kota Bandung Tahun 2017"". Hasil analisis
perangkingan UJS menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan
(p=0,225), masyarakat (p=0,441), dan perilaku kontrol (p=0,037), sedangkan p-
value dari analisis kuadrat terkecil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara jenis kelamin dengan prilaku kontrol (Gulo et al., 2019).
Menurut penelitian awal yang dilakukan pada 25 Maret 2024, terhadap
lima responden yang terdiagnosis penyakit diabetes melitus di RW 005 Desa
Daon, terdapat tiga orang responden yang memiliki pengetahuan kurang baik
mengenai penyakit DM, sedangkan dua orang responden memiliki pengetahuan
baik tentang penyakit DM. Berdasarkan hasil observasi, lansia dengan
pengetahuan kuranhg baik mempunyai riwayat penyakit diabetes melitus dengan
nilai gula darah ≥200 mg/dl. Hal ini disebabkan oleh ketidakteraturan
pengobatan diabetes melitus, jarang aktivitas fisik, gula darah yang tidak
5
terkendali, dan pola makan tidak sehat, itu semua disebabkan karena rendahnya
pengetahuan terhadap penyakit diabetes melitus
Berdasarkan hasil studi pendahuluan diatas, peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan
Kejadian Penyakit Diabetes Melitus di RW 005 RT 01, 02, 04 Dan 05 Desa Daon
Kec. Rajeg Kab. Tangerang-Banten.
SKR00788 | SKR/FK 2024 20217187 | Tersedia - Tidak Dapat Dipinjam |
Tidak tersedia versi lain