Text
Skripsi Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Remaja Putri Tentang Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Kelas Ix Smpn 1 Mauk Kabupaten Tangerang
Latar Belakang : Di masa sekarang remaja indonesia mengalami perubahan dari
masyarakat tradisional ke masyarakat modern dan seiring dengan itu norma,
nilai serta gaya hidup mereka pun ikut berubah. Gaya hidup dan kemajuan
saat ini menjadi unsur utama yang sangat berdampak risiko kanker payudara
dikalangan remaja (Herman, 2019). Remaja perempuan yang menstruasi
pertamanya muncul mula-mula memiliki paparan hormon estrogen, yang
membuat mereka hidup lebih lama, meningkatkan kemungkinan mengalami
kelainan payudara, karena aktivitas hormon saat ini belum stabil. terutama
hormon estrogen (Manuaba, 2017) dalam (Daryati, 2022)
Menurut data dari World Health Organization (WHO), pada tahun
2021, sebanyak 2,3 juta wanita didiagnosis dengan kanker payudara, dan
685.000 di antaranya meninggal dunia, yang dilaporkan di seluruh dunia.
Dalam lima tahun terakhir, 7,8 juta perempuan masih hidup didiagnosa
menderita penyakit kanker payudara, yang menyebabkannya menjadi jenis
kanker yang paling umum biasa di seluruh dunia (WHO, 2021). Kasus
terbanyak terjadi di negara berkembang dan mengakibatkan kematian.
Diperkirakan akibat dari penyakit ini meningkat secara global. (Daryati,
2022).
Di Indonesia, dari total 396.914 kasus kanker baru, terdapat 68.858
kasus atau 16,6% di antaranya merupakan kanker payudara. Jumlah kasus
kanker payudara yang ada di Indonesia, itu 26 dari setiap 100.000 orang.
Provinsi wilayah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah yang paling umum
sebesar 2,4%, di Kalimantan Timur sebesar 1,0%, dan Sumatera Barat 0,9%
di Provinsi Banten terdapat 4.289 pasien yang berobat, di mana sekitar 12%,
atau 503 penderita, adalah pasien baru. Meskipun demikian, jumlah kasus
mencapai lebih dari 22 ribu kematian di tahun 2020. (Kemenkes, 2020).
2
Data di Provinsi Banten sebanyak 4.289 pasien yang sedang
menjalani pengobatan, dan 12% atau 503 orang yang merupakan pasien
yang baru terdiagnosa kanker payudara. Sementara itu, prevelensi kanker
payudara di Provinsi Banten, tertinggi berada di Kabupaten Tangerang yaitu
sebesar 5,12%, sedangkan diurutan kedua ada di Kabupaten Pandeglang
sebesar 2,05%, urutan ketiga di Kota Serang sebesar 1,68%, lalu urutan
keempat di Kabupaten Lebak sebesar 0,16%, urutan kelima berada di Kota
Cilegon sebesar 0,28%, dan urutan keenam berada di Kota Tangerang
Selatan sebesar 0,10% (Profil kesehatan provinsi banten, 2019). 1.150.000
remaja yang menderita kanker payudara pada tahun 2020, Di antaranya, 700
ribu orang tinggal di negara berkembang, termasuk Indonesia.
(Amaliyah et al., 2023).
Kondisi sekarang ada banyak penderita kanker payudara bukan
hanya di wanita dewasa tetapi juga pada usia muda bahkan banyak remaja
perempuan berusia 14 tahun ke atas mengalami kanker payudara mereka.
Kurangnya pengetahuan dan informasi yang buruk menyebabkan
peningkatan angka penderita kanker payudara di usia remaja.
(Widyahapsari et al., 2021). Fibroadenoma mammae adalah kelainan
payudara yang biasanya terjadi pada remaja. Fibroadenoma Mammae
merupakan tumor kecil yang dipengaruhi oleh adanya perubahan aktivitas
hormon pada masa reproduksi, fibroadenoma biasanya terjadi pada
perempuan berusia 15-25 tahun. Wanita yang mengalami atau pernah
mengalami fibroadenomma mammae lebih rentan terhadap kanker payudara
(Bustan, 2017 dalam Daryati, 2022).
Salah satu penyebab kematian yang paling umum adalah kanker
payudara sering terjadi. Rendahnya kesadaran masyarakat khususnya
perempuan yang sedang hamil tentang pentingnya mendeteksi kanker
payudara sejak dini. Akibatnya, jumlah kejadian kanker payudara
meningkat secara signifikan setiap tahun. Pasien yang terdiagnosis kanker
payudara mengalami dampak fisik dan psikologis yang akan memengaruhi
kualitas hidupnya. Perubahan kehidupan dengan pasien yang menderita
3
kanker payudara, beberapa di antaranya yaitu kondisi fisik dan psikis. Ini
berlanjut dari proses diagnosis akhir kehidupan dengan fokus pada
kehidupan pasien kanker yang dirawat. Orang dengan kanker payudara
memerlukan pengobatan. Pengobatan kanker payudara itu sendiri memiliki
efek positif dan negatif. Kualitas hidup pasien kanker payudara merupakan
masalah jangka panjang jika tidak ditangani dengan baik. Sedangkan efek
psikologis yang paling umum dirasakan oleh penderita kanker payudara
biasanya mengandung ketakutan, kecemasan, penurunan kepercayaan diri,
tidak percaya diri, stress dan amarah (Mihret et al., 2021).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Harlyanti, 2021) ditemukan
bahwa kanker payudara tidak hanya muncul di usia 30 tahun hingga 50
tahun. Selain itu, penderita kanker payudara sering terjadi pada anak-anak
muda, bahkan ada beberapa putri berusia 14 tahun yang mengalami tumor
di payudaranya. Jika tumor itu tidak terdeteksi segera, mereka dapat
menjadi kanker. Untuk menghindari kanker payudara, orang dapat
melakukan pencegahan primer dengan mendorong orang untuk menjaga
kesehatan mereka pencegahan sekunder melalui SADARI, USG,
mamografi, dan pencegahan tersier melalui pengobatan. Faktor-faktor yang
berdampak proses melakukan pemeriksaan kesehatan payudara sendiri
menunjukkan bahwa keluarga 72% kurang mendukung, teman sebaya 76%
kurang mendukung, 78% tidak memiliki sumber informasi SADARI, dan
62% tidak tahu banyak tentang SADARI (Septi, 2019).
Remaja perempuan membutuhkan pendidikan kesehatan tentang
SADARI untuk mencegah kanker payudara (Puput, 2020). Pendidikan
Kesehatan tentang SADARI sangat dibutuhkan oleh wanita usia subur
dengan tujuan untuk mengembangkan dan mengikuti gaya hidup sehat dan
dapat perperan aktif bekerja untuk mencapai kesehatan terbaik. Sasarannya
dalam Pendidikan terkait kesehatan dapat dibagi menjadi tiga kategori:
sasaran utama (Primary Target), sasaran menengah (Secondary Target),
dan sasaran tambahan (Tertiary Target). (Julaecha, 2021).
4
Lebih banyak orang wajib mengetahui tentang pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI), untuk mendeteksi kanker payudara. Ini
merupakan metode tersederhana untuk mengidentifikasi benjolan yang
memiliki potensi berkembang menjadi kanker ganas. Salah satu cara
penting untuk mengetahui perkembangan kanker payudara pada perempuan
fase awal adalah SADARI, yang berarti pemeriksaan payudara secara
mandiri dengan merabanya secara teratur. Untuk menjadi lebih ""mengenal""
dan menentukan apakah ada hal yang tidak biasa pada payudara anda,
kebiasaan ini berubah menjadi mudah, cepat, dan berhasil (Olfah, 2019).
Kurangnya pengetahuan tentang SADARI pada wanita hamil dapat
menghambat wanita hamil dalam sikap melakukan SADARI. Sikap ialah
respon terhadap rangsangan sosial yang dikondisikan. Kesiapan antisipatif
dapat dikatakan sebagai kecenderungan saat ini individu untuk bertindak
dengan cara tertentu ketika mereka menghadapi suatu dorongan yang
membutuhkan tanggapan (Soimah, 2020).
Karena kurangnya paparan informasi tentang penyakit dan
keuntungan deteksi dini, kesadaran masyarakat tentang kanker payudara
rendah (Sarina, 2020). Menurut penelitian tentang variabel yang
mempengaruhi perilaku SADARI ibu-ibu, sikap, kekurangan informasi
serta aksesibilitas pelayanan medis adalah faktor-faktor yang memengaruhi
perilaku SADARI ibu-ibu (Arafah & Notobroto, 2018) dalam (Marfianti,
2021)
Metode SADARI sebenarnya mudah digunakan, tetapi banyak
wanita tidak melakukannya ketika tidak cukup informasi tentang metode
pencegahan dan deteksi dini kanker payudara. Faktor-faktor ini termasuk
sikap awam dan ketakutan ibu ibu dan remaja terhadap metode ini, yang
menyebabkan sedikit perempuan yang melakukannya (Pulungan, 2020).
Salah satu komponen yang menyebabkan lambat dalam diagnosis kanker
payudara adalah fakta bahwa Salah satu hal yang paling diabaikan adalah
deteksi dini kanker payudara. (Pruitt et al., 2015 dalam Pelima & Adi,
2021).
5
Seseorang dapat mendiagnosis kanker payudara sejak dini dengan
melakukan perawatan diri. Remaja adalah masa transformasi yang cepat,
yang memungkinkan untuk mengajarkan perilaku sehat hingga dewasa.
Mengajarkan orang lain tentang perawatan payudara sendiri, seperti rutin
melakukan pemeriksaan payudara profesional dan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI), adalah contoh tindakan positif yang dapat dilakukan
(Diananda, 2019, Nisa et al., 2022).
Diharapkan bahwa peningkatan informasi tentang SADARI akan
menyebabkan tindakan yang berbeda di dalam mencegah penyakit
payudara, akan sesuai dengan tujuan kesehatan yang dipromosikan, yaitu
mengubah pengetahuan, perspektif, dan tindakan individu, keluarga, dan
kelompok tertentu, dan komunitas tentang membangun dan menjaga gaya
hidup yang sehat dan ikut serta secara aktif dalam mencapai tingkat
kesehatan yang optimal (Hulu et al., 2020).
Hasil survei awal yang saya lakukan di SMPN 1 Mauk Kab.
Tangerang pada tanggal Rabu, 27 Maret 2024, dengan melalui wawancara
terhadap siswa kelas IX 1 yang berjumlah 20 siswi menunjukkan hasil 17
dari 20 (85%) siswi tidak memahami definisi SADARI (pemeriksaan
payudara sendiri) dan 19 dari 20 (95%) siswi tidak pernah melakukan
SADARI. Berdasarkan hasil wawancara kepada 20 siswi didapatkan data-
data tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap remaja tentang
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMPN 1 Mauk masih kurang
baik. Sehingga peneliti bermaksud untuk melaksanakan penelitian
mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap remaja putri tentang
SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara Kelas IX SMPN 1 MAUK
Kabupaten Tangerang.
SKR00784 | SKR/FK 2024 20217117 | Tersedia - Tidak Dapat Dipinjam |
Tidak tersedia versi lain