Text
Skripsi Pengaruh Edukasi Pemberian Gizi Seimbang Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Stunting Di Wilayah Puskesmas Rajeg
Latar Belakang
UNICEF / WHO / World Bank Group Joint Child Malnutrition Estimates
(JME) pada tahun 2023 melaporkan angka stunting telah menunjukkan
penurunan selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022, tercatat 148,1 juta
anak di seluruh dunia mengalami stunting, yang setara dengan 22,3% dari total
populasi seluruh anak yang berusia di bawah lima tahun. Hampir semua anak
yang terkena dampaknya tinggal di Asia dengan jumlah 76,6 juta dengan
presentase 52 % dari pangsa global dan Afrika dengan jumlah 63,1 juta dengan
presentase 43 % dari pangsa global (UNICEF, 2023).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun (2023)
mempublikasikan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun
2022 mengindikasikan penurunan angka stunting di Indonesia dari tahun 2021
sebesar 24,4% menjadi tahun 2022 sebesar 21,6%, atau berkurang sebesar
2,8%. Meskipun demikian, persentase tersebut tetap melebihi ambang batas
minimum yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu
presentase kurang dari 20%. Pada tahun 2024, pemerintah Republik Indonesia
menargetkan untuk menurunkan angka stunting menjadi 14% (SSGI, 2023).
Laporan Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022 bahwa
Banten menempati peringkat ke 23 yaitu dengan presentase 20,0 % setelah
Jawa Barat dengan presentase 20,2 %, dan pada tahun 2022 di wilayah Banten
yang terdata stunting berdasarkan kelompok umur yang tertinggi di umur 24-
35 bulan dengan presentase 30,12%. Dengan rincian umur 0 bulan dengan
presentase 6,95%, umur 0-5 bulan dengan presentase 7,97%, Umur 6-11 bulan
dengan presentase 9,94%, umur 12-23 bulan dengan presentase 18,58%, umur
24-35 bulan dengan presentase 30,12%, umur 36-47 bulan dengan presentase
21,21%, dan umur 48-59 bulan dengan presentase 18,36%. Pada tahun 2022 di
wilayah Kabupaten Tangerang yang mengalami stunting menempati peringkat
2
ke 5 yaitu dengan presentase 21,1% setelah Kota Serang dengan presentase
23,8%, Dan yang paling tertinggi pertama di wilayah Banten ialah Kabupaten
Pandeglang dengan presentase 29,4% (SSGI, 2023).
Berdasarkan penelitian sebelumnya dari data 130 balita di wilayah
Puskesmas Saptosari, Desa Planjan, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta,
sebanyak 58 balita ditemukan mengalami stunting. Sementara itu, kelompok
biasa terdapat 72 balita lainnya (Amalia et al., 2021). Karena stunting mer
upakan fenomena yang umum terjadi di Indonesia dan ketidaktahuan orang tua
dapat menurunkan kualitas gizi anak, yang pada gilirannya dapat menghambat
pertumbuhan, para peneliti tertarik untuk menyelidiki apakah peningkatan
kesadaran ibu tentang gizi seimbang untuk balita mereka yang mengalami
stunting dapat memberikan manfaat (Darmini et al., 2022). Efek buruk yang
terjadi apabila stunting tidak ditangani dalam waktu pendek dapat
memberikan dampak negatif pada IQ, pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
serta menyebabkan masalah metabolisme tubuh (Astarani et al., 2020).
Berdasarkan Perpres no 72 tahun (2021) tentang percepatan penurunan
stunting meliputi intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Dengan
meningkatkan pola makan dan kesehatan umum ibu hamil dan anak-anak
mereka, intervensi spesifik bertujuan untuk mengatasi penyebab utama
stunting. Sementara itu, penanganan gizi sensitif membantu upaya memerangi
penyebab tidak langsung dari stunting, seperti akses terhadap fasilitas sanitasi
dan air bersih.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 25 Maret 2024 oleh peneliti
di Puskesmas Rajeg ialah dengan melalui wawancara dengan pemegang
program stunting dan saat dilakukan wawancara, peneliti menanyakan
bagaimana kejadian stunting di wilayah Puskesmas Rajeg, dan memperoleh
data sebanyak 116 balita stunting per bulan februari 2024. dan dari data tahun
2023 bulan agustus kejadian stuntingnya sebanyak 249 balita stunting. dan
Puskesmas Rajeg sudah melakukan semua rangkaian program pemerintah
yaitu Gebrak Tegas (Gerakan Bersama Atasi Kemiskinan Ekstrem dan Cegah
3
Stunting) mulai dari intervensi spesifik dan intervensi sensitif sudah
dijalankan, Puskesmas Rajeg menjadi prioritas pemerintah sudah 5 tahun
terakhir berturut-turut karena tingginya angka stunting di wilayah Puskesmas
Rajeg, di tahun 2020 mencapai sekitar 1.200 balita stunting yang tersebar di 74
posyandu di wilayah Puskesmas Rajeg. Sudah cukup berkurang dari
sebelumnya tetapi tenaga kesehatan Puskesmas Rajeg masih terus berupaya
untuk menurunkan angka stunting di wilayah Rajeg, dan masih banyak
pengetahuan ibu yang kurang tentang penanganan gizi seimbang.
Berdasarkan informasi yang telah disajikan sebelumnya, peneliti merasa
terdorong untuk mengetahui lebih mendalam mengenai “Pengaruh Edukasi
Pemberian Gizi Seimbang Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Stunting
Di Wilayah Puskesmas Rajeg.”
SKR00787 | SKR/FK 2024 20217120 | Tersedia - Tidak Dapat Dipinjam |
Tidak tersedia versi lain